Satu Dekade SEMABIO: Jurusan Biologi UIN Bandung Terus Konsisten Membangun Suasana Ilmiah dan Kolaboratif di Dunia Akademik
Bandung, 19 Juni 2025 — Memasuki tahun ke-10 penyelenggaraannya, Seminar Nasional Biologi (SEMABIO) kembali digelar oleh Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung sebagai ajang ilmiah tahunan. Selama satu dekade, SEMABIO hadir sebagai wujud nyata konsistensi Jurusan Biologi dalam menciptakan suasana akademik yang produktif dan kolaboratif.

Dengan tema “Peran Strategis Biodiversitas dan Bioteknologi dalam Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan,” SEMABIO 10 digelar secara daring melalui Zoom pada Kamis, 19 Juni 2025, mulai pukul 07.30 WIB hingga selesai. Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 400 peserta dengan 198 diantaranya merupakan presenter/pemakalah dari kalangan akademisi/peneliti, praktisi maupun mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang akan memaparkan hasil risetnya pada sesi Paralel.
Pada sesi Utama, SEMABIO ke-10 menghadirkan dua pakar yang mengupas isu-isu terkini seputar sains dan keberlanjutan lingkungan pada sesi utama, yakni Prof. Intan Ahmad, Ph.D. selaku Guru besar di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), ITB dan Isma Dwi Kurniawan, M.Sc. yang merupakan salah satu dosen di Jurusan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan sedang studi Lanjut doctoral di Universitas Göttingen Jerman. Sharing dan diskusi ini berjalan sangat baik di bawah komando Adisty Virakawugi D., M.Si., selaku moderator.
Dalam paparannya, Isma Dwi Kurniawan menyoroti fenomena alih fungsi lahan yang semakin masif di Indonesia, mulai dari konversi hutan menjadi perkebunan kelapa swit dan karet. Ia menekankan bahwa krisis ini secara langsung mengancam keberadaan spesies endemik dan mempercepat penurunan kualitas ekosistem. Menurutnya, pendekatan lintas disiplin—terutama kolaborasi antara sains dasar dan teknologi—menjadi kunci dalam mendorong kebijakan pembangunan yang tetap berpihak pada lingkungan.
Melanjutkan perspektif tersebut, Prof. Intan menambahkan bahwa biolog memiliki peran strategis dalam merancang solusi berbasis bioteknologi untuk menjaga keberlanjutan biodiversitas. Ia mencontohkan penerapan teknik konservasi berbasis DNA, rekayasa mikroba untuk rehabilitasi lahan kritis, hingga pemanfaatan teknologi informasi untuk pemetaan dan monitoring spesies. Menurutnya, transformasi dari penelitian laboratorium ke solusi lapangan sangat diperlukan agar ilmu biologi mampu memberi dampak nyata dalam pengendalian degradasi lingkungan akibat alih fungsi lahan.
Kedua narasumber sepakat bahwa tantangan ini tidak bisa diselesaikan sendiri oleh pemerintah atau akademisi, tetapi memerlukan ekosistem kolaboratif antara peneliti, pembuat kebijakan, dan masyarakat.
Melalui SEMABIO, Jurusan Biologi terus berupaya memperkuat budaya riset, memperluas jaringan keilmuan, serta mendorong kontribusi nyata sains biologi untuk keberlanjutan lingkungan.